Rabu, 03 Juni 2009

PENGUNJUNG

Counter Powered by  RedCounter

UNAS TAHUN INI

UNAS tahun ini benar-benar menyita banyak mata media dari yang bocoran kunci sampai banyak SMA yang siswanya tidak lulus 100%. Bocornya kunci jawaban ternyata tidak menjamin para siswa itu lulus, ada 33 sekolah yang siswanya 100% tidak lulus dan sudah diketahui kalau 33 sekolah tersebut mencurangi UNAS. Para siswa itu ada yang mendapatkan bocoran langsung dari guru lewat sms dan ada juga yang didikte langsung dalam kelas ketika ujian berlangsung, namun ada juga yang mendapatkan kunci jawaban itu dari joki. Para guru itu berani memberikan kunci jawaban kepada murid-muridnya karena mereka takut kalau murid-murid mereka tidak lulus, namun kenyataan yang diterima oleh para siswa itu meleset dari mimpi mereka.
Lebih parahnya lagi semua PTN di malang tidak menerima siswa lulusan SMA 2 Ngawi dan SMAN Wungu Madiun, bahkan siswa yang lulus PMDK pun dicoret. Rektor-rektor PTN itu bilang mereka tidak menerima siswa-siswa itu karena mereka telah bersikap tidak jujur. Yang menerima imbas kebijakan dari para rektor PTN tersebut tidak hanya siswa yang lulus tahun ini, tapi kebijakan ini akan tetap berlaku untuk beberapa tahun kedepan.
Siapakah orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini????
Murid, guru, atau pemerintah????

Sabtu, 23 Mei 2009

RIANA HELMI SI PENGINSPIRASI ANAK MUDA

Riana masih berumur 17 tahun tapi prestasinya sudah membuat masyarakat kita berdecak kagum, di usianya yang masih sangat belia ia sudah meraih gelar sarjana kedokterannya. Angka 17 bagi remaja lainnya adalah angka yang paling di tunggu-tunggu, dan biasanya mereka melewati angka tersebut dengan berfoya-foya menikmati hidup di masa remaja katanya, tetapi untuk Riana berfoya-foya bagi dia adalah dengan belajar, itu terbukti di usianya yang baru menginjak 17 tahun dia sudah mendapatkan gelar sarjana kedokterannya dengan IPK 3,67.
Hobi belajarnya sudah terlihat sejak ia berusia 3 tahun yang pada saat itu Riana sudah pandai membaca. Kata sang ayah di usia 4 tahun ia sudah masuk SD di masa SMP dan SMAnya ia masuk program akselerasi, jadi baru 14 tahun dia sudah bisa merasakan bangku kulaih di UGM. Wanita yang tidak suka dengan boneka ini sangat menikmati setiap proses belajarnya.
Semangatnya yang menjadikan belajar adalah kenikmatan hidup sangat pantas untuk kita tiru, Riana patut berbangga karena ia dapat menjadi panutan bagi anak remaja Indonesia lainnya.

Sabtu, 16 Mei 2009

LIMA LANGKAH MENUMBUHKAN MOTIVASI

Otak adalah bagian paling penting dari manusia. Namun, kita sering sekali menjejalkan otak kita dengan hal-hal yang negatif, kita sering mengatakan kalau kita tidak mampu dengan hal yang akan kita lakukan, padahal jika kita sadar akan kemampuan yang otak kita miliki, otak kita lebih canggih kemampuannya dengan komputer yang paling modern saat ini. Mengapa demikian? Krisis kepercayaan diri, banyak orang yang mengalami hal itu.Di bawah ini lima langkah yang diperlukan untuk membangun kepercayaan diri itu dan pada gilirannya membangun rasa percaya akan kemampuan diri yang dapat menjadi motivasi diri bagian dalam.
  1. Hindari Mencari-cari Alasan, begitu banyak orang mengurungkan niat mereka dengan mengajukan alasan yang tidak masuk akal dan sama sekali tidak salah, seperti: "Saya tidak bisa", "Saya tidak mampu, sebab..." atau juga "Saya masih terlalu muda", dan masih banyak lagi alasan lainnya. Alasan siapapun dapat mencari-cari, namun dalam menumbuhkan kepercayaan diri, sekali lagi jangan membuat alasan yang seperti itu. Alasan tersebut dapat menghambat orang dari pencapain sasarnnya. Maka cobalah singkirkan dari perbendaharaan pikiran dan rubalah kata SAYA TIDAK BISA dengan SAYA BISA dan YA SAYA MAMPU. Ingatlah bahwa otak kita adalah kawasan penyimpanan apa yang kita masukkan pada gilirannya akan keluar lagi. Jadi gantilah penyimpanan hal-hal negatif dengan hal-hal positif.
  2. Gunakan Daya Imajinasi, kita harus bangga terhadap diri kita sendiri, merasa senang akan diri kita, dan juga berhasrat menjadi lebih baik. Kita semua pernah mendengar ungkapan "Melihat dulu baru percaya". Otak, dengan kapasitasnya yang tak terbatas, dapat membantu kita dengan tanpa batasan mencapai ambisi hidup jika kita memberinya kesempatan. Biarkan ia menggambarkan diri kita sebagai pribadi yang kita inginkan. Dengan jelas menggambarkan apa pun wujud yang kita inginkan. Semakin kita memikirkan itu semua semakin besar kapasitas akan suatu hasil positif. Maka dalam membangun kepercayaan diri dengan menggunakan proses kesan daya imijinasi otak, pentinglah untuk menjadi yakin bahwa apa yang sedang kita pikirkan dan lihat dengan jelas adalah hal yang positif. Hal yang positif itu harus memungkinkan kesan positif diri kita dan peningkatannya, serta pemikiran positif itu harus mengarah kesasaran kita, cita-cita dan kebahagiaan dalam hidup.
  3. Jangan Takut Gagal, takut gagal mengurangi kepercayaan diri dan dengan sendirinya juga mengurangi motivasi kita. Ketika sedang menghadapi peluang baru atau tantangan, tanyakan pada diri kita apakah yang paling buruk yang dapat terjadi, dan apa saja yang dapat disebut sebagai kegagalan. Evens John pernah berkata "Kegagalan adalah hasil yang negatif". Dengan kata lain, sesuatau yang tidak kita inginkan. Bahaya yang mengancam orang yang terlalu banyak latihan tentang hal positif adalah bahwa ia bisa menjadi positif secara tidak terkendali dan tidak realistis, sedemikian tinggi angan-angan mereka sehingga baginya tidak ada yang baik selain angan-angannya. Keseimbangan yang baik sangantlah penting. Seseorang harus bisa bersikap realistis, setelah melihat skenario terburuk dan telah pula mempertimbangkan bagaimana cara menanganinya bila terjadi, dengan kata lain telah siap dengan alternatif, pindahan jalan pikiran secara total dan pusatkan hanya pada rencana menuju sukses. Tetapi apapun yang kita lakukan, jangan takut akan kegagalan. Kegagalan telah menghalangi begitu banyak orang sehingga mereka mundur sebelum mencoba, berbuat atau meraih keberhasilan sebab mereka tidak mampu menerima terminologi di mana ada kemungkinan untuk gagal. Sebagain orang benar-benar tidak pernah mencoba sesuatu pun sebab rasa takut gagal ini telah menguasai otak mereka selama bertahun-tahun. Setiap hari mereka memikirkan kegagalan ini sehingga mereka tidak pernah dengan sungguh-sungguh melakukan sesuatu dan pada akhirnya menjadikan mereka tidak percaya diri, penuh keraguan, dan tidak bahagia. "Satu-satunya cara untuk menaklukkan ketakutan adalah malukakan hal yang kita takutkan itu". Ada sejumlah orang justru menjadi termotivasi karena takut akan kegagalan. Sementara mereka termotivasi oleh ketakutan, mereka tidak pernah menunjukkan bahwa diri mereka sebenarnya gagal dan itulah letak perbedaan yang paling pokok.
  4. Penampilan Membentuk Kepercayaan Diri, pernahkah Anda pergi ke suatu pertemuan sore di mana semua orang kecuali Anda berpakaian jamuan makan resmi atau pakaian malam hari? Jika Anda belum pernah, tidak diragukan lagi Anda pasti merasa was-was bila itu terjadi. Sebab jika itu terjadi pastilah akan terjadi suatu krisis keprcayaan. Kemampuan otak yang Anda miliki setara dengan orang-orang lain dalam perjamuan itu, tubuh Anda pun normal seperti mereka, tetapi penampilan Andalah yang membuat Anda kurang percaya diri. Kita harus memahami pentingnya penampilan luar yang kelihatan menarik, sehingga yang ada dalam diri kita pun mempunyai kesempatan untuk merasa baik adanya. Tetapi, seperti juga hal-hal lain, bersikaplah realistis. Sebagian orang bersikap berlebihan dalam penampilan mereka dan pada akhirnya semua hanya demi kepuasan ego mereka.
  5. Susunlah Catatan Mengenai Sukses yang Pernah Diperolah, setiap orang pernah mencapai sukses dalam hidupnya. Dengan kata lain, semua orang telah salah ucap ketika mereka sedang kehilangan percaya diri atau pun mengalami suatu pembalikkan diri pola sukses pribadinya. Jika ini terjadi, haruslah menjadi tanggung jawab individu untuk bisa bangkit kembali. Cara mengumpulkan catatan sukses masa lalu sangat sederhana. Pikirkan balik sukses kita yang paling awal. Itu mungkin terjadi di awal sekolah kita, memenangkan telur dan lomba sendok Itu mungkin ucapan selamat karena prestasi dalam menggambar atau melukis. Tetapi mulai dari kenangan paling awal itu, ingat-ingatlah setiap pengalaman sukses selama hidup kita. Ini bisa dilakukan secara lisan pada suatu audio kaset. Bisa pula dikumpulkan dalam wujud suatu buku catatan. Motivasi hanya dapat mengabdikan diri berdasarkan harapan. Untuk memotivasi diri, seseorang harus mempunyai harapan. Maka mari kita sekarang menapaki langkah-langkah yang diperlukan untuk menciptakan harapan dan kemudian berkonsentrasi. Bagi otak untuk beroperasi, ia harus diberi target.

ANAK BANGSA

Bocah-bocah dari ibu kota ini semuanya jago matematika. Mereka juga sama-sama sukses mengukir prestasi di kancah dunia.
  1. Stefano Chiesa Suryanto adalah seorang diantara bocah-bocah istemewa. Dia baru berumur 12 tahun namun prestasi yang diukir di internasional sudah belasan kali, prestasi itu sudah ia raih sejak ia duduk di bangku SD kelas V St. Theresia. The Golden Boy ini (begitu teman-temannya menjulukinya) mendapatkan penghargaan dari MuRI karena anak pasangan Ary Suryanto dan Widya ini berhasil mengantongi medali emas di International Mathematics Olympiad and Science (IMSO) selama dua tahun berturu-turut. Anak ajaib ini setiap harinya selalu meluangkan waktu minimal dua jam untuk mengutak-atik rumus matematika, kecuali menjelang kompetisi, Stefano bisa belajar hingga enam jam setiap hari. Orang tua Stefano sudah melihat bakat anaknya ini dari dia berumur dua tahun. Dia paling suka berhitung, termasuk mengutak-atik semua mainan yang berbau matematika. Ary dan Widya semakin yakin akan bakat anak mereka di bidang matematika, ketika Stefano mengikuti kompetisi matematika se Jadotabek di Universitas Tarumanegara, waktu itu Stefano masih duduk di bangku kelas III. Di akhir acara panitia menyebut nama Stefano sebagai pemenangnya dari 1.000 peserta lainnya. Namun kedua orang tuanya tidak mau anaknya diistimewakan, mereka membiarkan anaknya tumbuh secara normal seperti anak-anak lainnya, Ary dan Widya tidak pernah memaksa Stefano untuk mengikuti les, juga ketika gurunya menyuruh Stefano langsung meloncat ke kelas VI, saat itu Stefano duduk di kelas IV, kedua orang tua Stefano pun tak menyetujui ide gurunya tersebut " Saya percaya di mampu. Tapi, kami khawatir itu mempengaruhi kepribadiannya. Saya tak ingin anak saya menjadi eksklusif. Saya ingin dia berbaur dengan teman-temannya." kata Ary.
  2. Dua bocah bersaudara ini sama-sama sukses mengukir prestasi internasional di bidang matematika, mereka adalah Christa Lorenza Soesanto dan Debora Kezia Soesanto. Christa sang kakak sekarang duduk di bangku kelas VII SMP Tirta Marta, sejak kecil memang tak pernah surut dengan prestasi. Nilai matematikanya selalu mendapatkan 9, tak heran sederat penghargaan ditingkat nasional maupun internasional menghiasi dinding kamarnya. Sama dengan Stefano, Christa pun juga pernah mendapatkan penghargaan dari MuRI sebagai siswa perempuan pertama yang berhasil menyabet emas dan the best overall dalam IMSO. Di kamarnya terdapat perpustakaan kecil yang berisikan koleksi buku-buku matematika dan beberapa ensiklopedia. Untuk dapat terus memotivasi dirinya, Christa menulis sebuah motto, yaitu GOOD - GOD = 0 itu mengandung makna luas baginya "ya kan, percuma kalau kita pintar, tapi lupa sama Tuhan" ujar bocah ber-IQ 150 itu. Menurut kedua orang tuanya, bakat Christa di bidang matematika sudah terlihat sejak dia berumur dua tahun. Dia amat menyukai menghitung benda-benda disekitarnya, sadar akan hal itu kedua orang tuanya terus merangsang bakat anaknya itu dengan memberikan berbagai mainan logika maupun poster bilangan di dinding kamar sang buah hati. Agar bakat anak terus dapat terasah dengan baik, ketika Christa berumur 4 tahun, kedua orang tua Christa memutuskan mengikutkan les matematika. Les-les privat semakin diintensifkan ketika Christa duduk di IV SD. dia juga rajin belajar dan latihan soal. Satu persatu prestasi nasional berhasil di genggam. Menginjak kelas VI, Christa mulai ikut kompetisi internasional. Debutnya di beberapa kompetisi tingkat dunia tidak mengecewakan "Aku ingin terus memberikan yang terbaik bagi Indonesia" ujarnya.
  3. Prestasi Debora sang adik termotivasi dari sang kakak, kinginan kuat ingin menjadi seperti sang kakak berprestasi di level dunia. Tak kalah dengan sang kakak Debora pun juga pernah mendapatkan MuRI, karena kemampuan matematikanya setara dengan mahasiswa semester 2 "Dia pernah dites sama dosen UI, hasilnya kemampuan dia setara dengan mahasiswa. Kemudian MuRI memberikannya penghargaan," timpal si ibu. Saat ini Debora berusia 6 tahun, namun di pernah menjadi guru les matematika bagi siswa-siswa SD hingga SMA. "Kira-kira 6 bulan, soalnya takut tidak bisa membagi waktu," sebutnya. Karena kinginannya terus dapat berprestasi sangat kuat, dia dan Christa sang kakak terus bersemangat untuk mengikuti les matematika. Agar rutinitas lesnya tak terasa membosankan, mereka bisa les dan belajar dimana saja. "Kita bisa janjian sama guru privat di mal, resto, atau di rumah yang penting enjoy," ujarnya. Agar kehidupan anak-anaknya seimbang, kedua orang tua mereka tak hanya memprioritaskan pendidikan mereka. Christa dan Debora tak boleh ketinggalan dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Karena itu, kedua orang tua mereka mengimbangi hal itu dengan mengajak kedua anaknya menengok anak yatim piatu di panti asuhan. Di sana mereka diajari berbagi dengan sesama.
Di atas prestasi anak-anak bangsa yang mereka secara ekonomi mampu untuk dapat terus memupuk bakat yang mereka miliki sejak mereka kecil. Lalu bagaimana dengan anak bangsa yang memang mempunyai bakat, namun untuk dapat sampai ke sekolah mereka saja, mereka harus berjuang melewati berbagai rintangan karena mereka memang berada di tempat terpencil.
Dia adalah Bayu Hartanto 12 tahun, anak sulung dari dua bersaudara pasangan Sunardi dan Nasi Hariati. Rumah Bayu berada di pulau Dem, sebuah pulau kecil yang tebentuk karena delta di sungai Porong. Selat Madura hanya sekitar 3 km ke arah timur rumahnya. Kediaman Bayu sangat sederhana, dindingnya hanya terbuat dari anyaman bambu. Ukurannya sekitar 3 meter X 8 meter, itu pun terbagi menjadi dua ruangan, ruang tamu dan ruang tidur sekaligus dapur. Lantai rumah Bayu hanya lantai tanah yang dipadatkan, tak ada kasur empuk untuk tidur bocah ini bersama orangtua dan adiknya. Hanya balai bambu tempat tidur mereka dan sebuah bantal kapuk untuk alas kepala mereka. Ketika malam tiba dan gelap menyelimuti, sinar lampu minyak menemani Bayu belajar. Konsentrasi bocah ini sedikit terganggu ketika angin memainkan api itu atau bahan bakarnya habis. Jika beruntung, Bayu belajar dengan penerangan lampu yang bersumber dari aki yang biasa digunakan bapaknya untuk mencari kepiting. Rumah Bayu hanya berjarak 20 meter dari bibir sungai, kalau air sungai meluap sudah sipastikan rumahnya terendam setinggi 10 cm. Di pulau Dem hanya ada delapan rumah, jarak rumah Bayu dari keramaian pasar 18 kilometer. Sekolah tempat Bayu menuntut ilmu pun jaraknya 3 Km, artinya sehari dia menempuh jarak 6 Km menggunakan sepeda dan menyebrangi sungai porong. Jalan yang dilalui pun jalan tanah, setiap musim hujan berubah menjadi sungai kecil dan kubangan kerbau. "Kalau kebanjiran nggak pakai sepatu ke sekolah. Jalannya juga pelan-pelan karena airnya selutut," terang Bayu. Perjuangan mengalahkan jarak yang jauh, hujan dan panas tak menyurutkan Bayu untuk belajar. Buktinya dia selalu mengerjakan tugas sekolahnya dengan baik dan mengukir prestasi. Kalau ada pekerjaan rumah biasanya Bayu menyelesaikan sepulang mengaji. Kalaupun hari masih terang biasanya bocah ini mendapat tugas menggiring kambing-kambing miliknya pulang kandang. Biasanya Bayu membawa buku untuk dibacanya sambil menunggu kambing-kambing itu merumput beberapa waktu. Ketika Bayu menemui kesulitan saat mengerjakan PR, dia akan bertanya ke bapak, ibu atau diisi sebisanya. "Kalau gak bisa tanya ke bapak atau ibu. Kalau belajar bareng teman gak pernah," terang Bayu. Dari pelajaran yang diterima dari sekolah tak ada yang tak bisa dikerjakan. Dan yang Bayu suka dari pelajaran sekolah adalah IPA, "senang aja sama pelajaran ini," jawabnya polos. Selain mendapatkan buku dan sepeda Bayu juga mendapatkan tawaran beasiswa untuk melanjutkan sampai perguruan tinggi oleh para dermawan yang prihatin dengan keadaan bocah berbakat ini. Namun Bayu belum memikirkan sampai sejuah itu. Yang penting dia bisa sekolah dan menamatkan SD. "Aku mau kepingin jadi insinyur. Bikin tambak dan hasilnya buat rumah," sahutnya sambil tersipu malu. Sejak kelas satu Bayu selalu mendapatkan ranking pertama, nilai rata-rata Bayu selalu berada di atas 8. Meski tergolong pintar, kemampuan Bayu tak bisa dibandingkan dengan anak seusianya di sekolah yang berada di perkotaan. "Kalau dibandingkan dengan mereka, prestasi Bayu berada tengah-tengah. Tapi saya yakin kalau kepandaiannya bisa ditingkatkan. Ini semua hanya perbedaan tempat saja. Di sini kan terpencil dan budayanya lain dengan perkotaan," beber Syaifudin, wali kelas Bayu.

Kisah hidup anak bangsa yang sama-sama mempunyai bakat, namun hanya karena perbedaan sarana dan prasarana mereka pun berbeda nasib. Meraka adalah kebanggaan bangsa.

PRESTASI DITENGAH KETERBATASAN

Kisah para guru hebat yang berjuang untuk masa depan anak-anak bangsa ditengah himpitan ekonomi yang terbatas:
  1. Naftali Asmuruf adalah seorang guru dari daerah terpencil, beliau adalah penerima Satya Lencana dari presiden SBY pada 2 Desember tahun lalu sebagai guru berdedikasi. Sejak kecil beliau memang sudah terbiasa dengan penderitaan, karena itu pun dia menjadi sangat tegar ketika harus mengajar di sekolahan terpencil di bumi Papua. Setelah lulus sebagai Satigus (satuan tugas guru daerah pedalaman), beliau ditempatkan di SD Inpres Yopmeos, meski tempatnya sangat jauh berbeda dari tanah kelahirannya namun dia tetap bertekad untuk terus maju, tidak ada sedikit pun kata mundur setelah tahu daerah tempatnya mengajar adalah di daerah pegunungan, kondisi sekolah pun juga tak kalah memprihatinkan. Di SD Yopmeos hanya terdapat dua orang guru, dia dan kepala sekolah, karena hanya dua orang, kedunya membagi tugas, Naftali mengajar kelas IV-VI, dan sisanya kepala sekolah lah yang mengajar. Turunnya gaji pun sering telambat "saya terima gaji 3-4 bulan sekali. Itu pun kalau saya atau kepala sekolah ke Manokwari," tuturnya. perjalanan ke Manokwari memerlukan sedikitnya 10 jam perjalanan dengan perahu kayu. Tidak hanya sampai di situ penderitaan yang dialami Naftali, selama 10 tahun di mengabdi sebagai guru di daerah pegunungan yang jauh dari abad 21, pangkatnya tetap IIA. Banyak kendala yang dialami, namun Naftali tetap bersemangat menjalankan pengabdiannya "Saya jalani itu semua dengan sabar".
  2. Sejak kecil Rudi Hartono memang bercita-cita sebagai guru. Karena itu, ketika benar-benar menjadi guru, dia pun begitu menikmati profesinya meski harus tinggal di daerah terpencil. Perjalanan dari rumah ke sekolah tempatnya mengajar harus melalui medan berlumpur. Ketika beliau ditugaskan di SDN Pintu Padang, beliau harus menempuh jarak 15 km untuk sampai di sekolah tempatnya mengajar, itu beliau lalui dengan naik boat yang ongkosnya Rp 2.500, kalau tidak ada perahu beliau harus berjalan kaki dengan kondisi naik gunung, menuruni lembah, dan menyebrangi sungai. Pada tahun 1994-1999 beliau dipindah tugaskan ke SDN Gua Siayung, kondisi sekolahnya sangat memprihatinkan. Sekolah tersebut hanya mempunyai ruangan yang dibangun secara darurat, itu pun atas partisipasi masyarakat. Luasnya 6m x 7 m, ruangannya terbuat dari kayu dan bambu, serta atapnya dari ilalang. Kini Rudi mengajar di SDN 03 Muara Tais Tengah, Jarak dari sekolah tempatnya mengajar ke ibu kota Kecamatan Rao Mapat Tunggal sekitar 36 km. "Dulu medannya sangat susah dan harus ditempuh dengan melewati lumpur, menuruni jurang, mendaki bukit, dan melintasi sungai. Kini kondisi jalannya relatif baik, namun masih sedikit sulit. Apalagi saat-saat musim hujan" tutur Rudi. Beliau tak pernah mengeluh dengan kondisi yang ia jalani sekarang, "Saya lahir di kampung yang terpencil. Kalau saya sekarang mengabdi di tempat yang terpencil, itulah memang hidup yang harus saya jalani" kata pria 39 tahun tersebut. Motivasi, semangat dan dedikasinya untuk membangun dan membina anak-anak tak pernah kunjung padam dari setiap detak jantungnya, karena semangatnya itulah akhirnya dia mendapatkan penghargaan dari Presiden SBY pada 2007 di Istana Negara sebagai guru berdedikasi di dearah khusus terpencil tingkat nasional.
  3. Satu lagi pengabdi di tempat terpencil yang tidak pernah mengeluh, beliau adalah Sutrini. Dia kelahiran Boyolali, namun dia ikut pindah ke kalimantan bersama suami dan kedua anaknya dengan ikut transmigrasi sawit. Dari situ naluri gurunya bergejolak, dia mengumpulkan anak-anak para transmigran untuk diajak dalam kegiatan belajar-mengajar. Sutrini ketika itu satu-satunya guru yang mengajar dan dia harus mengajar 125 siswa yang terdiri atas 1-6 kelas, selain guru dia pun dipercaya oleh UPT (Unit Pelaksan Tekinis) sebagai kepala sekolah " Siapa lagi yang akan menjadi kepala sekolah kalau bukan saya" ujarnya sambil tertawa. Sekarang SD tersebut sudah memiliki delapan guru dan siswanya pun meningkat menjadi 140 siswa. Meski hanya memiliki lima lokal namun itu tidak menjadi kendala untuk tetap terus melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, kelas I dan II harus bergantian menggunakan lokal tersebut. Sama dengan guru yang lainnya yang juga mengabdikan dirinya di sekolahan terpencil, Sutrini pun kalau ingin mengambil gajinya sebagai guru, dia harus menempuh jarak 2,5 km menuju ke kota kendawang, ibu kota kecamatan. 1,5 jam Sutrini harus mencarter speed boat seharga Rp 400 ribu sekali berangkat, selanjutnya selama satu jam Sutrini harus menumpang ojek menuju ke kota Kendawangan. Wanita 42 tahun itu pada 2 Desember tahun lalu menerima penghargaan tingkat nasional (Satya Lencana Pendidikan) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Itulah perjuangan para guru kita yang tak pernah ada kata menyerah untuk tetap terus memajukan Negeri kita ini. Mereka hanya sebagian dari guru yang terus berjuang demi anak bangsa. Di tangan merekalah bangsa ini terbentuk.